BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
pH tertentu yang terukur pada tanah ditentukan oleh
seperangkat faktor kimia tertentu. oleh karena itu, penentuan pH tanah adalah
sebuah satu uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosa
masalah pertumbuhan tanaman. Biasanya tanah pada daerah basah bersifat masam
dan tanah pada daerah kering bersifat basa (alkali).
Nilai pH berkisar antara 0-14. Makin tinggi kepekatan /
konsentrasi (H+) dalam tanah, makin rendah pH tanah dan sebaliknya, makin
rendah konsentrasi (H+) maka makin tinggi pH tanah. Sehubungan dengan nilai pH
dijumpai 3 kemungkinan, yaitu : masam, netral dan basa (alkali).
Kemasaman tanah dibedakan atas kemasaman aktif dan kemasaman
potensial. Kemasaman aktif disababkan oleh ion H+ dan Al3+ yang terjerap pada
kompleks jerapan.
Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral, atau
alkalin. Pernyataan ini didasarkan pada jumlah ion H dan OH dalam larutan
tanah, bila dalam tanah ditemukan ion H lebih banyak dari OH, maka disebut
masam. Bila ion H sama dengan OH disebut netral, dan bila ion OH lebih banyak
dari pada ion H disebut ion alkalin.
Peranan pH tanah meliputi:
a. Mempengaruhi
ketersediaan unsur hara tanaman.
b. Mempengaruhi
nilai kapasitas tukar kation (KTK), terutama kejenuhan basa (KB) suatu tanah.
c. Mempengaruhi
keterikatan unsur P.
d. Mempengaruhi
perkembangan mikroorganisme.
e. Mempengaruhi
perubahan muatan listrik pada permukaan kompleks liat atau humus.
1.2 Tujuan
1. Menetapkan pH
tanah dengan menggunakan indikator universal.
2. Mengetahui
cara menetapkan pH tanah dengan menggunakan digital pH.
3. Mengetahui hasil perbandingan pH tanah dengan
menggunakan indikator universal dan digital pH.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air bersifat netral karena konsentrasi H+ dan OH+ yang sama.
Pada keadaan nbetral, pH adalah 7. Suatu ukuran skala pH digunakan untuk
memudahkan menyatakan konsentrasi H+ yang sangat kecil di dalam air maupun di
dalam berbagai system hayati penting. Kation-kation yang dapat dipertukarkan
terserap dengan tenaga yang cukup besar untuk memperlambat pencuciannya dari
tanah, tetapi sejumlah kation yang cukup besar mengalami disosiasi dari
permukaan perukaran kation yang terdapat dalam larutan dimana kation itu siap
untuk digunakan tanaman. Pada disosiasi, basa yang dapat dipertukarkan
menyebabkan terjadinya hidrolisis sehingga dihasilkan ion-ion OH- (Foth, 1994).
Pengukuran pH tanah di lapangan dengan prinsip kalori meter
dengan menggunakan indicator (larutan, kertas lakmus), yang menunjukkan warna
tertentu pada pH berbeda. Kesalahan pengukuran dapat terjadi antara 0,1 – 0,5
unit pH atau bahkan lebih besar karena pengaruh pengenceran dan faktor-faktor
lain. Untuk mengukur pH basa kuat di lapangan, indikator fenolptalin yang tidak
berwarna sangat bermanfaat karena akan berubah menjadi ungu sampai merah pada
pH 8,3 – 10. Kondisi yang sama pada pengukuran pH di lapangan pada kondisi luar
biasa asam dihunakan indikator Brom Cresol Green (0,1 gram dilarutkan pada 250
ml 0,006N NaOH) yang berubah dari hijau sampai kuning pada pH 5,3 dan yang
lebih rendah dari pada 3,8. Untuk mengetahui pH tanah di lapangan, secara umum
dapat digunakan indikator universal / campuran (Mohr, 1972).
Kondisi pH tanah mempengaruhi serapan unsur hara dan
pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap ketersediaan unsur hara dan
adanya unsur-unsur yang beracun. Beberapa unsur hara fungsional seperti besi,
mangan, dan seng berkurang apabila pH dinaikan dari 5.0 menjadi 7.5 atau 8.0.
Molibdenium berkurang ketersediannya bila pH diturunkan. Pada pH kurang dari
5.0 besi dan mangan menjadi larut dalam jumlah cukup banyak yang dapat
menyebabkan tanaman keracunan. Pada pH yang sangat tinggi, ion bikarbonat akan
dijumpai dalam jumlah banyak sehingga dapat menggangu serapan normal unsur lain
dan sangat merugikan pertumbuhan tanaman (Soepardi 1983). Kondisi pH tanah
mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya
terhadap ketersediaan unsur hara dan adanya unsur-unsur yang beracun. Beberapa
unsur hara fungsional seperti besi, mangan, dan seng berkurang apabila pH
dinaikan dari 5.0 menjadi 7.5 atau 8.0. Molibdenium berkurang ketersediannya
bila pH diturunkan. Pada pH kurang dari 5.0 besi dan mangan menjadi larut dalam
jumlah cukup banyak yang dapat menyebabkan tanaman keracunan. Pada pH yang
sangat tinggi, ion bikarbonat akan dijumpai dalam jumlah banyak sehingga dapat
menggangu serapan normal unsur lain dan sangat merugikan pertumbuhan tanaman
(Soepardi 1983).
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis tanah
yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi ion
hydrogen H+ di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka
semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya
berbanding terbalik dengan oin H+. pada tanah-tanah yang masam ion H+ lebih tinggi
daripada OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion OH- lebih tinggi
daripada ion H+. bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bersifat netral
yaitu mempunyai nilai pH 7. Kemasaman tanah terdapat pada daerah dengan curah
hujan tinggi, sedangkan pengaruhnya sangat besar dapa tanaman, sehingga
kemasaman tanah harus diperhatikan karena merupakan sifat tanah yang sangat
penting (Syaifuddin Syarief H.F, 1998).
Sifat kemasaman tanah ada dua jenis, yaitu kemasaman aktif
dan memasaman potensial. Reaksi kemasaman aktif ialah yang diukurnya
konsentrasi ion H+ yang terdapat pada pemakaian sehari-hari. Reaksi tanah
potensial ialah banyaknya kadar hidrogen dapat ditukar baik yang terjerap olehn
kompleks koloid tanah maupun yang terdapat dalam larutan. Sejumlah senyawa
menyumbang pada pengembangan reaksi tanah yang asam ataupun basa. Asam-asam
organik dan anorganik, yang dihasilkan oleh penguraian bahan organic tanah.
Menentukan kemasaman tanah ada beberapa alat ukur reaksi tanah yang dapat digunakan. Alat yang murah ialah kertas
lakmus yang bentuknya berupa gulungan kertas kecil memanjang. Alat lain yang
harganya sedikit mahal tetapi dapat dipakai berulang-ulang dengan hasil
pengukuran lebih akurat adalah pH tester dan soil tester (Hardjowigeno S,
1987).
BAB III
ALAT, BAHAN DAN METODE
3.1 Alat dan Bahan
1. Digital pH
2. Indikator
universal
3. Tabung film
4. Gelas ukur 10
ml
5. Penghitung
waktu
6. Timbangan
digital
7. label
8. 15 ml Aquades
9. H2O
10. Tanah
3.2 Metode Kerja
3.2.1 Tempat, tanggal dan waktu
Tempat : Laboratorium Fakultas Pertanian
Hari/Tanggal : Senin, 6 Desember 2011
Waktu : 11.20 - 13.20 WIB
3.2.2 Cara Kerja
1. Timbang
masing-masing 10 gr tanah untuk 3 tabung film
2. Masukan 15 ml
aquades ke masing-masing tabung film
3. Campurkan
tanah dan aquades
4. Kocok selama
30 detik
5. Diamkan
campuran tanah tersebut selama 5 menit
6. Untuk tabung
1, ukur pH dengan indicator universal
7. Untuk tabung
2 dan 3, ukur pH dengan digital pH hasilnya dijumlahkan kemudian dibagi 2
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabung
Tabung 1 (Ao)
Tabung 2 (A1)
Tabung 3 (A1)
pH
7
7,90
7,94
A1
= 7,90 + 7,94
2
= 7,92
*Ph
tanah menunjukkan kesamaan hasilnya,yaitu ±7 atau sama dengan Netral.
Ket
: Ao = menggunakan indikator
universal
A1 = menggunakan digital Ph
4.2 Pembahasan
pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang
diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH
antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14.
Tanah yang kami amati, bersuasana basa (pH>7.0). Artinya,
tanah tersebut kandungan kalsiumnya tinggi, sehingga terjadi fiksasi terhadap
fosfat dan tanaman makanan ternak pada tanah basa seringkali mengalami
defisiesi P.
pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting
karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N),
Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah
tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH
larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat)
menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman
pada Ph antara 6,0 hingga 7,0.
Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan
mengubah N di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman.
Bakteri ini hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa dan
kedelai) dan berfungsi secara baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut
hidup tumbuh pada tanah dengan kisaran pH yang sesuai. Sebagai contoh, alfalfa
tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH 6,2 hingga 7,8; sementara itu kedelai
tumbuh dengan baik pada tanah dengan kisaran pH 6,0 hingga 7,0. Kacang tanah
tumbh dengan baik pada tanah dengan pH 5,3 hingga 6,6. Banyak tanaman termasuk
sayuran, bunga dan semak-semak serta buah-buahan tergantung dengan pH dan
ketersediaan tanah yang mengandung nutrisi yang cukup. Jika larutan tanah
terlalu masam, tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan zat hara lain yang
mereka butuhkan. Pada tanah masam, tanaman mempunyai kemungkinan yang besar
untuk teracuni logam berat yang pada akhirnya dapat mati karena keracunan
tersebut.
Herbisida, pestisida, fungsisida dan bahan kimia lainnya
yang digunakan untuk memberantas hama dan penyakit tanaman juga dapat meracuni
tanaman itu sendiri. Mengetahui pH tanah, apakah masam atau basa adalah sangat
penting karena jika tanah terlalu masam oleh karena penggunaan pestisida,
herbbisida, dan fungisida tidak akan terabsorbsi dan justru akan meracuni air
tanah serta air-air pada aliran permukaan dimana hal ini akan menyebabkan
polusi pada sungai, danau, dan air tanah.
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan mengenai reaksi (pH)
tanah dapat disimpulkan bahwa :
1. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pH tanah antara lain adalah perbandingan air dengan tanah,
kandungan garam-garam dalam larutan tanah, dan keseimbangan CO2 udara dan CO2
tanah.
2. Penetapan pH tanah dengan digital pH hasilnya lebih
akurat dibandingkan menggunakan indikator universal yang sifatnya kualitatif.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta :
Erlangga
Hardjowigeno. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika
Pressindo
Mohr. 1972. Tropical Soils. Net Herlands. Geuze Dordrecht
Syarief h.F, Syarifudin. 1998. Fisika Kimia Tanah Pertanian.
Bandung : Pustaka Buana
http://nglithis.wordpress.com/2007/04/24/7/
http://kafein4u.wordpress.com/2010/02/13/ph-tanah/
http://en.wordpress.com/tag/pemgukuran-ph-tanah/
http://kapurpertanian.com/index.php/Berita-Terbaru/Mengapa-tanah-masam-harus-di-kapur.html
No comments:
Post a Comment