(
Praktikum Rekayasa Pengelolahan Limbah )
Oleh
CHANDRA
AFRIAN
1214071022
JURUSAN
TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada
dasarnya, orang akan menganggap bahwa limbah adalah sampah yang sama sekali
tidak ada gunanya dan harus dibuang, akan tetapi jika limbah terus ditumpuk
maka akan menimbulkan penumpukan sampah. Dan sejatinya, limbah tidak selamanya
harus dibuang karena banyak juga limbah yang masih bisa diolah menjadi produk
yang bermanfaat.
Agar dapat memahami dan menangani limbah dengan benar dan
efisien, karakteristik limbah perlu dikenali dengan baik. Untuk dapat mengenali
karakteristik air limbah dengan baik, maka diperlukan peralatan laboratorium yang
mencukupi. Peralatan yang diperlukan perlu diketahui oleh mahasiswa dengan baik
sebelum mereka dapat menggunakan nya dengan benar. Dengan demikian, pada
saatnya nanti ketika mereka memerlukannya, mahasiswa sudah terbiasa dengan
peralatan lab untuk analisis kualitas air atau air limbah.
B.
Tujuan
Memperkenalkan
peralatan yang umum dipakai dalam analisis karaktristik air limbah
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Untuk pengertian limbah berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai sisa atau
buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia.
Pada dasarnya, orang akan menganggap bahwa limbah
adalah sampah yang sama sekali tidak ada gunanya dan harus dibuang, akan tetapi
jika limbah terus ditumpuk maka akan menimbulkan penumpukan sampah. Dan
sejatinya, limbah tidak selamanya harus dibuang karena banyak juga limbah yang
masih bisa diolah menjadi produk yang bermanfaat. Bahkan beberapa macam
limbah bisa menjadi sangat berguna dan juga mempunyai nilai jual tinggi apabila
diolah kembali secara baik dan benar. Limbah yang tidak diolah kembali
maka selanjutnya akan menyebabkan berbagai polusi baik itu udara, air maupun
tanah. Seperti misalnya, pada lingkungan yang dipakai sebagai tempat pembuangan
sampah maka udara disekitarnya tidak akan sehat dan baunya cenderung tak sedap.
Tak sampai di situ karena bisa saja sumber air di sekitar lingkungan tersebut
akan terkontaminasi dengan zat kimia limbah sehingga menyebabkan tanahnya
menjadi tandus.
Macam-macam atau jenis limbah :
Berdasarkan wujud atau bentuknya dikenal 3 macam
limbah yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Contoh limbah cair
yaitu air cucian, air sabun, minyak goreng sisa, dll. Contoh limbah padat yaitu
bungkus snack, ban bekas, botol air minum, dll. Contoh limbah gas yaitu karbon
dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), HCL, NO2, SO2 dll.
Berdasarkan sumbernya dikenal 3 macam limbah, yaitu
limbah alam, limbah manusia dan limbah konsumsi.
Berdasarkan jenis senyawanya maka dikenal ada 3 jenis
limbah, yaitu :
1. Limbah organik
Ini adalah limbah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan, dan mudah diuraikan zat-zatnya menjadi partikel-partikel yang baik untuk lingkungan. Limbah organik ini dihasilkan oleh kegiatan manusia yang bisa saja berupa pertanian, perikanan, peternakan, rumah tangga, sampah industri yang tidak menggunakan bahan kimia. Semua limbah yang secara alami dapat diuraikan oleh mikroorganisme masuk ke dalam limbah organik.
Ini adalah limbah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan, dan mudah diuraikan zat-zatnya menjadi partikel-partikel yang baik untuk lingkungan. Limbah organik ini dihasilkan oleh kegiatan manusia yang bisa saja berupa pertanian, perikanan, peternakan, rumah tangga, sampah industri yang tidak menggunakan bahan kimia. Semua limbah yang secara alami dapat diuraikan oleh mikroorganisme masuk ke dalam limbah organik.
2. Limbah anorganik
Limbah jenis ini termasuk kelompok limbah yang tidak gampang hancur atau diuraikan oleh mikroorganisme. Limbah organik ini sebagiannya sama sekali sudah tidak dapat diuraikan lagi sedangkan sebagian yang lain masih dapat diuraikan akan tetapi membutuhkan waktu yang amat lama. Limbah rumah tangga yang berbahan dasar plastik misalnya botol bekas, kaleng bekas, tas plastik termasuk juga ke dalam golongan limbah anorganik.
3. Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
Limbah B3 ini merupakan semua bahan/senyawa baik padat, cair, ataupun gas yang mempunyai potensi merusak terhadap kesehatan manusia serta lingkungan akibat sifat-sifat yang dimiliki senyawa tersebut.
Limbah jenis ini termasuk kelompok limbah yang tidak gampang hancur atau diuraikan oleh mikroorganisme. Limbah organik ini sebagiannya sama sekali sudah tidak dapat diuraikan lagi sedangkan sebagian yang lain masih dapat diuraikan akan tetapi membutuhkan waktu yang amat lama. Limbah rumah tangga yang berbahan dasar plastik misalnya botol bekas, kaleng bekas, tas plastik termasuk juga ke dalam golongan limbah anorganik.
3. Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
Limbah B3 ini merupakan semua bahan/senyawa baik padat, cair, ataupun gas yang mempunyai potensi merusak terhadap kesehatan manusia serta lingkungan akibat sifat-sifat yang dimiliki senyawa tersebut.
Limbah B3 yaitu limbah yang mempunyai satu atau beberapa sifat-sifat berikut : MUDAH MELEDAK, mudah terbakar, menimbulkan korosi, pengoksidasi, menimbulkan penyakit dan beracun. ( Anonim,2014)
Parameter Air Limbah
Berikut
adalah parameter yang dapat digunakan berkaitan dengan air limbah.
1.
Kandungan zat padat (total solid,
suspending solid, dissolved solid)
2.
Kandungan zat organik
3.
Kandungan zat anorganik (mis; P, Pb, Cd,
Mg)
4.
Kandungan gas (mis: O2, N, CO2)
5.
Kandungan bakteri (mis: E.coli)
6.
Kandungan pH
7.
Suhu
Pengukuran
kadar oksigen dalam air limbah
Berikut beberapa parameter yang
digunakan untuk mengukur kandungan
oksigen dalam air limbah.
1.
Chemical
oxygen demand (COD)
COD adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimiawi, baik .ang
dapat didekomposisi secara biologis maupun yang sukar didekomposisi secara
biologis. Oksigen yang dikonsumsi setara jumlah dikromat yang diperlukan untuk
mengoksidasi air sampel.
2.
Biochemical
oxygen demand (BOD)
BOD adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan proses dekomposisi aerobik terhadap
bahan organic dari larutan, di bawah kondisi suhu tertentu (umumnya 20o)
dan waktu tertentu (umumnya 5hari).
Hasil pengukuran BOD dapat dinyatakan dalam mg/l. Kebutuhan BOD
bervariasi antara 100-300 mg/l .Apabila hasil pengukuran menunjukkan angka
lebih dari 300mg/l, BOD dinyatakan kuat, sedangkan bila kurang dari 100mg/l
disebut lemah.
3. Dissolved
Oxygen (DO)
DO
adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air dan diukur dalam satuan
milligram per liter. Oksigen terlarut ini digunakan sebagai tanda derajat
pengotoran limbah yang ada. Semakin besar oksigen terlarut, maka menunjukkan
derajat pengotoran ytang relative kecil.
1.
Hardness
(kesadahan)
Kesadahan adalah gambaran kation logam
ekivalen yang terdapat dalam air. Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun
membentuk endapan maupun anion-anion yang terdapat di dalam air membentuk
endapan atau karat pada peralatan logam.
2.
Settleable solid
Adalah
lumpur yang mengendap dengan sendirinya pada kondisi yang tenang selama 1 jam secara gaya beratnya sendiri.
3.
Total suspended solid
Adalah
jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan
membran berukuran 0,45 mikron. Suspended solid dapat dibagi menjadi zat
padat dan koloid. Selain suspended solid ada juga istilah dissolved solid.
4.
Mixed Liquor Suspended Solid (MLSS)
Adalah
jumlah TSS yang berasal dari bak pengendap lumpur aktif
setelah dipanaskan pada suhu 103o-105o
C.
5.
Mixed Liquor Volatile Suspended
Solid (MLVSS)
Adalah
kandungan organic matter yang
terdapat dalam MLSS pada suhu 600oC,
benda volatile menguap disebut MLVSS.
6.
Turbidity (kekeruhan)
Adalah
ukuran yang menggunakan efek cahaya sebgai dasar untuk mengukur keadaan air sungai, kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid
dalam air.( Anonim,2014)
III. METODELOGI
A. Waktu
dan Tempat
Praktikum Rekayasa
Pengelolahan Limbah ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 18 September 2014
di Laboratorium Rekayasa Daya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.
B. Alat
dan Bahan
Bahan : -
Alat :
Spectrometer, pH meter,
DO meter, EC meter, Turbidity meter,
Termometer,
Oven, Desiccator, Alat infiltrasi, Tanur, dll.
C. Metode
1. Baca
petunjuk penggunaan peralatan
2. buka
alat dari kotaknya ( jika ada )
3. sambungkan
power AC jika diperlukan
4. Hidupkan
( ON/OFF ) peralatan
5. lakukan
kalibrasi jika diperlukan
6. amati peralatan tersebut ( bisa difoto
), identifikasi fungsi, bagian-bagian,
kapasitas, ketepatan, dan ketelitiannya.
7. jika
sudah selesai, dimatikan dan kembalikan ketempat semula,
IV. PEMBAHASAN
A. Spektrometer
Spektrometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mengamati spektrum cahaya yang terurai setelah melewati suatu medium
sehingga membentuk suatu spektrum. Spektrometer adalah alat untuk mengukur spektrum. Dalam astronomi dan
beberapa cabang kimia, spektrometer adalah alat optik untuk menghasilkan garis
spektral dan mengukur panjang gelombang mereka dan intensitasnya. Metoda penyelidikan dengan bantuan spektrometer disebut spektrometri. Variabel
yang diukur adalah yang paling sering adalah lampu. Dalam spektrometer modern,
sinar yang datang pada sampel diubah panjang gelombangnya secara kontinyu.
Hasil percobaan diungkapkan dalam spektrum dengan absisnya menyatakan panjang
gelombang (atau bilangan gelombang atau frekuensi) sinar datang dan ordinatnya
menyatakan energi yang diserap sampel.
Bagian-bagian Spektrometer
Spektroskop prisma merupakan alat yang digunakan untuk melihat spektrum
dari suatu sumber cahaya. Spektrometer prisma merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur spektrum cahaya yang terurai setelah melewati suatu
medium atau untuk mengukur panjang gelombang dan indeks bias dari suatu prisma. Susunan
spektrometer prisma terdiri dari komponen-komponen kolimator, teleskop, meja
spectrometer, dan skala.
a. Kolimotorolimator merupakan sebuah tabung yang dilengkapi dengan lensa
akromatik di mana satu ujungnya (yang menghadap prisma) dan sebuah celah.
Fungsi lensa kolimator adalah untuk mensejajarkan berkas sinar yang keluar dari
celah. Lebar celah dapat diatur dengan menggunakan skrup pengatur
yang terdapat pada ujung kolimator didekat celah. Skrup pengatur PC digunakan
untuk mengatur lebar berkas cahaya yang jatuh pada prisma sedangkan posisi
lensa terhadap celah dapat diatur dengan skrup, PL. Dalam penggunaan
spectrometer prisma ini, celah dihubungkan dengan sumber cahaya yang akan
diamati spektrumnya. Sumber cahaya dibungkus dalam sebuah tabung (agar cahaya tidak
terpencar) dan diberi celah sejajar dengan celah yang terdapat pada kolimator.
b. Teleskop
Teleskop yang digunakan terdri dari lensa obyektif dan lensa okuler. Posisi
lensa okuler terhadap lensa obyektif dapat diatur dengan skrup,yang terdapat
pada ujung teleskop. Teleskop ini dapat digerak-gerakan, selain berfungsi
sebagai tempat melihat spectrum cahaya yang dihasilkan prisma,, teleskop ini
dapat menunjukan besar sudut yang dihasilkan dari pembiasan prisma. Untuk
menentukan posisi celah dengan tepat, digunakan benang silang sebagai rujukan.
c. Meja Spektrometer
Meja spectrometer merupakan tempat untuk meletkkan prisma. Kedudukannya
dapat dinaikkan / diturunkan atau diputar dengan melonggarkan skrup dan
mengeratkannya. Prisma merupakan suatu objek yang membiaskan spectrum dari
suatu sumber cahaya.
d. Skala Utama dan Skala Nonius
Dibawah meja spectrometer, terdapat piringan yang merupakan tempat dari
skala utama dan skala nonius. Skala-skala ini menunjukan besar sudut yang
dihasilkan dari pembiasan lensa. Pada sekala utama terdapat 360 skala yang
menunjukan besar sudut pada lingkaran penuh. Sedangkan pada skala nonius
terdapat skala-skala yang lebih kecil. Jumlah skala pada skala nonius todak
tetap, hal ini tergantung pada pada ketelitian spectrometer, semakin banyak
skala nonius dan semakin kecil jarak dari skala satu dan yang lain, maka
ketelitian spectrometer semakin kecil pula. Dan kesalahan dalam pengukuran juga
sangat kecil.
Prinsip Kerja Spektrometer
Sebuah spectrometer menggunakan kisi difraksi atau prisma
untuk memisahkan panjang gelombang cahaya yang berbeda. Prinsip kerja dari Spektrometer adalah, cahaya di datangkan lewat celah
sempit yang disebut kolimator. Kolimator ini merupakan focus lensa, sehingga
cahaya yang diteruskan akan bersifat sejajar. Cahaya yang sejajar, kemudian
diteruskan ke kisi untuk kemudian ditangkap oleh teleskope yang posisinya dapat
digerakkan. Pengukuran panjang gelombang dapat dilakukan dengan menggunakan
kisi difraksi yang diletakkan pada meja spektrometer. Saat cahaya melewati
kisi, terjadi peristiwa difraksi. Pada posisi teleskope tertentu yaitu pada
sudut θ, merupakan posisi yang sesuai dengan terjadinya pola terang (pola
maksimum), maka hubungan panjang gelombang cahaya memenuhi persamaan :
d sin θ = nλ
dimana n adalah bilangan bulat yang merepresentasikan orde, dan d harak
antara garis-gartis pada kisi. Dengan mengukur nilai θ, maka nilai panjang
gelombang (λ) dari cahaya dapat diukur.
B. pH
meter
Probe atau Elektroda merupakan bagian penting dari pH meter, Elektroda adalah batang seperti struktur biasanya terbuat dari kaca. Pada bagian bawah elektroda ada bohlam, bohlam merupakan bagian sensitif dari probe yang berisi sensor. Jangan pernah menyentuh bola dengan tangan dan bersihkan dengan bantuan kertas tisu dengan tangan sangat lembut. Untuk mengukur pH larutan, probe dicelupkan ke dalam larutan. Probe dipasang di lengan dikenal sebagai probe lengan.
Kalibrasi dan
penggunaan
Untuk pekerjaan yang sangat tepat pH meter harus dikalibrasi sebelum setiap pengukuran. Untuk penggunaan kalibrasi normal harus dilakukan pada awal setiap hari. Alasan untuk ini adalah bahwa elektroda kaca tidak memberikan emf direproduksi selama waktu yang cukup lama. Kalibrasi harus dilakukan dengan setidaknya dua larutan buffer standar yang menjangkau rentang nilai pH yang akan diukur. Untuk tujuan umum buffer pada pH 4 dan pH 10 yang diterima.
PH meter memiliki satu
kontrol (kalibrasi) untuk mengatur pembacaan meter sama dengan nilai dari
buffer pertama standar dan kontrol kedua (slope) yang digunakan untuk mengatur
pembacaan meter dengan nilai buffer kedua. Kontrol ketiga memungkinkan suhu
harus ditetapkan. Sachet penyangga standar, yang dapat diperoleh dari berbagai
pemasok, biasanya negara bagaimana perubahan nilai buffer dengan suhu. Untuk
pengukuran yang lebih tepat, tiga penyangga solusi kalibrasi lebih
disukai.Sebagai pH 7 pada dasarnya, sebuah "titik nol" kalibrasi
(mirip dengan penekanan atau Taring skala atau keseimbangan), kalibrasi pada pH
7 pertama, kalibrasi pada pH terdekat dengan tempat tujuan (misalnya 4 atau 10)
kedua dan memeriksa titik ketiga akan memberikan akurasi lebih linier dengan
apa yang pada dasarnya adalah masalah non-linear. Beberapa meter akan
memungkinkan tiga kalibrasi titik dan itu adalah skema yang lebih disukai untuk
pekerjaan yang paling akurat.
Kualitas meter lebih tinggi akan memiliki ketentuan untuk
memperhitungkan koreksi koefisien temperatur, dan pH probe high-end memiliki
probe suhu built in Proses kalibrasi berkorelasi tegangan yang dihasilkan oleh
probe (sekitar 0,06 volt per pH unit) dengan skala pH. Setelah setiap
pengukuran tunggal, probe dibilas dengan air suling atau air deionisasi untuk
menghilangkan jejak dari solusi yang diukur, dihapus dengan menghapus ilmiah
untuk menyerap air yang tersisa yang bisa mencairkan sampel dan dengan demikian
mengubah membaca, dan kemudian dengan cepat tenggelam dalam solusi lain.
C. DO dan EC meter
DO
(Dissolved Oxygen) Meter adalah alat untuk mengukur kadar oksigen yang terlarut
dalam air. DO meter berupa alat elektronik yang dapat mengkonversi sinyal dari
probe yang diletakkan dalam air sampel. Nilai DO bergantung pada banyaknya zat
organik dalam air dan juga pada suhu air (semakin tinggi suhu maka semakin
rendah nilai DO).
Cara
kerja :
1. Probe diisi dengan larutan garam tertentu
dan memiliki membran permeabel yang
secara selektif mengalirkan DO dari air menuju larutan garam. DO yang terdifusi
dalam larutan garam mengubah potensial listrik
2. Larutan garam dan perubahan tersebut akan
terbaca oleh DO meter.
Conductivity
meter ( EC meter) adalah alat untuk mengukur nilai konduktivitas listrik
(specific/electric conductivity) suatu larutan atau cairan. Nilai konduktivitas
listrik sebuah zat cair menjadi referensi atas jumlah ion serta konsentrasi
padatan (Total Dissolved Solid / TDS) yang terlarut di dalamnya. Pengukuran
jumlah ion di dalam suatu cairan menjadi penting untuk beberapa kasus. Salah
satu contoh adalah untuk memonitor kualitas air boiler (baca artikel berikut).
Hal ini terkait pengaruh konsentrasi ion-ion mineral terhadap terjadinya korosi
pada pipa boiler (galvanic corrosion).
Konsentrasi
ion di dalam larutan berbanding lurus dengan daya hantar listriknya. Semakin
banyak ion mineral yang terlarut, maka akan semakin besar kemampuan larutan
tersebut untuk menghantarkan listrik. Sifat kimia inilah yang digunakan sebagai
prinsip kerja conductivity meter.
Sebuah
sistem conductivity meter tersusun atas dua elektrode, yang dirangkaikan dengan
sumber tegangan serta sebuah ampere meter. Elektrode-elektrode tersebut diatur
sehingga memiliki jarak tertentu antara keduanya (biasanya 1 cm). Pada saat
pengukuran, kedua elektrode ini dicelupkan ke dalam sampel larutan dan diberi
tegangan dengan besar tertentu. Nilai arus listrik yang dibaca oleh ampere
meter, digunakan lebih lanjut untuk menghitung nilai konduktivitas listrik
larutan.
Prinsip
Kerja Conductivity Meter
Anda
tentu tidak asing dengan rumus dasar rangkaian listrik berikut:
V = R x I
…..(1)
Dimana
V adalah tegangan listrik rangkaian (volt), I untuk arus listrik rangkaian
(ampere), dan R untuk tahanan listrik rangkaian (Ω).
Tahanan
listrik (R) berbanding lurus dengan jarak antara dua elektrode (l) conductivity
meter, dan berbanding terbalik dengan luas area elektrode (A; pada gambar di
atas S).
R = ( l/A ) x ρ …..(2)
Dimana
ρ adalah tahanan listrik spesifik (Ω.m) larutan.
Jika
persamaan (1) dan (2) digabungkan, akan didapatkan persamaan berikut:
V/I = ( l/A ) x ρ
Dan
karena nilai ( l/A ) adalah konstan untuk setiap conductivity meter, maka dapat
diganti dengan sebuah konstanta (C):
V/I = C x ρ
…..(3)
Conductivity
meter sebenarnya tidak mengukur nilai konduktifitas listrik, tetapi mengukur
konduktivitas listrik spesifik (specific conductivity). Konduktivitas listrik
spesifik adalah nilai konduktivitas listrik untuk tiap satu satuan panjang.
Konduktivitas listrik spesifik ini disimbolkan dengan κ (Kappa), adalah
kebalikan dari tahanan listrik spesifik (ρ):
κ = ¹ / ρ
Dimana
konduktivitas listrik spesifik menggunakan satuan S/m (Siemens per meter). Dan
jika persamaan di atas dimasukkan ke dalam persamaan (3), maka akan kita
dapatkan persamaan umum perhitungan nilai konduktivitas listrik spesifik:
κ = C x I / V…..(3)
Prinsip
kerja conductivity meter menggunakan persamaan (3) di atas. Dimana besar
tegangan listrik (V) ditentukan oleh sistem, besar arus listrik (I) adalah
parameter yang diukur, serta konstanta (C) didapatkan sebelumnya dari proses
kalibrasi conductivity meter dengan menggunakan larutan yang diketahui nilai
konduktivitas spesifiknya.
D. Turbidity meter
Turbidimeter
merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai
perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas
cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika
kondisi-kondisi lainnya konstan. Turbidimeter merupakan salah satu alat yang
berfungsi untuk mengetahui atau mengukur tingkat kekeruhan air.
Karena
menggunakan jumlah cahaya yang diabsorbsi untuk pengukuran konsentrasi, maka
jumlah cahaya yang diabsorbsi akan bergantung pada :
1.
Jumlah partikel
2.
Ukuran partikel.
Semakin
besar dan banyak jumlah partikel, maka jumlah cahaya yang diabsorbsi akan
semakin besar.
Dan
untuk penentuan kadarnya (detektor) digunakan spektrofotometer cahaya. Ilustrasi
Sebagai berikut :
Keterangan
:
a.
Sejumlah cahaya ditembakkan dari sebuah sumber cahaya menuju monokromator
b.
Monokromator akan menguraikan cahaya dan meneruskannya menuju cuvet yang
berisikan suspensi sel
c.
Ketika cahaya melewati cuvet, maka terjadi tiga kemungkinan
•
Cahaya akan diserap sebagian oleh partikel tersuspensi
•
Sebagian cahaya diteruskan
•
dan sebagian lagi menyebar ke segala arah
d.
Jumlah cahaya yang diserap akan sebanding dengan jumlah partikel tersuspensi
(konsentrasi sampel).
e.
Pengukuran dilakukan dengan spektrofotometr (detektor)
Modern
turbidimeters menggunakan teknik nephelometry, yang mengukur jumlah cahaya yang
tersebar tepat untuk menjadikan modern turbidimeters memanfaatkan pengukuran
nephelometric. Dengan berlalunya cahaya melalui air, cahaya balok sepanjang
perjalanan yang relatif jalan terganggu. Namun, distorsi yang terjadi sebagian
cahaya dihamburkan oleh molekul hadir dalam cairan murni. ketika cahaya
melewati cairan yang mengandung padatan tersuspensi maka sinar berinteraksi
dengan partikel, dan partikel akan menyerap energi cahaya dan memancarkan
cahaya kembali ke segala arah.
Partikel
ukuran, konfigurasi, warna, dan indeks bias menentukan distribusi spasial
intensitas cahaya yang tersebar di sekitar partikel. banyak partikel lebih
kecil dari panjang gelombang cahaya insiden, yang biasanya disajikan dalam
nanometers (nm), nanometer (nm), menyebarkan cahaya intensitas sebesar sekitar
di segala penjuru. Namun, partikel yang lebih besar dari panjang gelombang
cahaya insiden, membentuk pola spektrum yang hasil dalam hamburan cahaya yang
lebih besar dalam arah maju (jauh dari cahaya insiden) daripada dalam arah
lain. Pola hamburan dan intensitas sinar ditularkan melalui sampel juga dapat
dipengaruhi oleh partikel menyerap tertentu panjang gelombang.
E. Thermometer
Standard satuan temperatur yang secara umum digunakan
di dunia ada dua macam, yakni satuan Fahrenheit dan Celcius. Skala Fahrenheit
menggunakan angka 32ountuk menunjukkan titik beku dan
212o untuk titik didih dari air murni pada tekanan
atmosfer. Sedangkan untuk satuan Celcius, menggunakan angka 0o pada titik beku serta 100ountuk titik didih air murni pada tekanan atmosfer.
Pada perkembangan selanjutnya, konvensi internasional menetapkan standard baru
pada titik bawah masing-masing satuan tersebut. Sekarang penunjukan 0oC atau 32oF bukan pada
titik beku air, namun berada pada titik tripel (triple point) dari
air. Triple point adalah kondisi dimana air bisa
berfase cair, padat, ataupun gas sekaligus.
Panas sangat
berpengaruh terhadap properti dari suatu materi seperti ekspansi termal,
radiasi, serta efek elektrik. Ketiga properti tersebut menjadi dasar untuk
membuat alat ukur temperatur sesuai dengan pengaruh perubahan suhu terhadap
properti suatu benda. Tingkat presisi alat ukur temperatur sangat bergantung
kepada properti materil yang digunakan, properti material yang diukur, serta
desain dari alat ukur itu sendiri. Sehingga penentuan alat ukur yang tepat
sesuai dengan media kerja yang akan diukur sangat mempengaruhi hasil akhir
pengukuran.
Di dunia
sains telah banyak dikembangkan metode-metode pengukuran temperatur. Sehingga
berdasarkan metode pengukuran ini juga dapat kita klasifikasikan termometer
menjadi beberapa jenis. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu-persatu
metode pengukuran temperatur ini:
1. Perubahan
Fase.
Fusi. Beberapa zat kimia seperti merkuri dan air, memiliki temperatur yang tetap untuk mengalami perubahan fase dari padat menjadi cair. Sifat ini disebut fusi, yang mana sangat cocok untuk dijadikan acuan skala alat pengukuran temperatur. Titik leleh atau cair materi-materi ini dijadikan acuan untuk batas bawah skala alat ukur temperatur. Salah satu aplikasi dari alat ukur yang menggunakan metode ini adalah pyrometric cone. Alat ini menggunakan campuran senyawa oksida dan kaca yang akan meleleh pada temperatur yang telah ditentukan. Pyrometric coneumum digunakan pada industri-industri keramik untuk mengukur temperatur furnace. Campuran zat yang digunakan pada alat ini dapat bekerja pada rentan temperatur 593-1982oC.
Fusi. Beberapa zat kimia seperti merkuri dan air, memiliki temperatur yang tetap untuk mengalami perubahan fase dari padat menjadi cair. Sifat ini disebut fusi, yang mana sangat cocok untuk dijadikan acuan skala alat pengukuran temperatur. Titik leleh atau cair materi-materi ini dijadikan acuan untuk batas bawah skala alat ukur temperatur. Salah satu aplikasi dari alat ukur yang menggunakan metode ini adalah pyrometric cone. Alat ini menggunakan campuran senyawa oksida dan kaca yang akan meleleh pada temperatur yang telah ditentukan. Pyrometric coneumum digunakan pada industri-industri keramik untuk mengukur temperatur furnace. Campuran zat yang digunakan pada alat ini dapat bekerja pada rentan temperatur 593-1982oC.
Vaporisasi. Tekanan penguapan sebuah cairan
bergantung kepada temperaturnya. Pada saat sebuah cairan dipanaskan hingga
mendidih, tekanan uap yang terbentuk sama dengan tekanan total permukaan cairan
tersebut. Titik didih berbagai jenis zat kimia dapat digunakan sebagai acuan
termometrik. Apabila cairan dan uap yang terbentuk berada di dalam sebuah
bejana tertutup, maka kenaikan tekanan uap yang terjadi dapat digunakan untuk
mengukur temperatur menggunakan pressure gauge yang
terkalibrasi.
2. Expansion
Properties
Sebagian besar material di alam ini memiliki sifat yang akan berekspansi (memuai) apabila terjadi kenaikan temperatur di lingkungan sekitarnya. Besar ekspansi yang terjadi berbanding lurus dengan kenaikan temperatur yang terjadi. Sifat ini dapat digunakan sebagai alat ukur temperatur selanjutnya.
Gas. Pemuaian pada gas dijabarkan kedalam rumusan berikut
Sebagian besar material di alam ini memiliki sifat yang akan berekspansi (memuai) apabila terjadi kenaikan temperatur di lingkungan sekitarnya. Besar ekspansi yang terjadi berbanding lurus dengan kenaikan temperatur yang terjadi. Sifat ini dapat digunakan sebagai alat ukur temperatur selanjutnya.
Gas. Pemuaian pada gas dijabarkan kedalam rumusan berikut
Pvm = R x T
Dimana P = tekanan
absolut (lb/ft2); vm = volume (ft3/mole gas);R = konstanta gas (1545 ft lb/mole); T = temperatur absolut (R=oF + 460).
Nitrogen menjadi gas yang paling umum digunakan untuk
termometer yang menggunakan prinsip kerja ekspansi ini. Nitrogen dapat
digunakan dalam rentang temperatur -129 sampai 538oC.
Konstruksi dari temperatur ini persis sama dengan termometer vapour pressure, hanya saja media kerjanya yang diganti
dengan gas nitrogen. Pemuaian dari gas nitrogen yang dipanaskan meningkatkan
tekanan sistem dan mengaktuasi indikator temperatur.
Liquid. Pemuaian zat cair dapat digunakan
sebagai termometer dengan jalan menggunakan bulb dan pipa kapiler. Pada
termometer jenis ini bulb dan pipa kapiler diisi penuh dengan cairan dan
dikalibrasi dengan menggunakan pressure gauge.
Salah satu jenis zat yang paling umum digunakan untuk termometer jenis ini
adalah mercury, yang dapat bekerja pada renta suhu -40 hingga 538oC.
Termometer
jenis liquid ini sangat simpel, murah, dapat langsung dibaca, dan bersifat
portabel. Namun termometer ini memiliki ketelitian yang rendah. Termometer
jenis ini dengan bulb yang tidak terlindungi apapun, hanya cocok untuk
digunakan di lingkungan laboratorium saja dan tidak untuk di lingkungan
industri berat. Untuk penggunaan di dunia industri, dibutuhkan sedikit
modifikasi dengan penggunaan pelindung metal pada sisi bulb termometer. Namun
hal ini menjadikan termometer ini lebih lambat untuk merespon terjadinya
perubahan suhu dalam rentan waktu yang pendek.
F. Tanur
Alat ini digunakan untuk mengukur kadar abu. Sampel
yang akan di teliti dimasukan kedalam tanur kemudian bahan tersebut akan
berubah menjadi abu.abu tersebut adalah hasil dari bahan anorganik pada sampel
karena bahan organik pada sampel telah hilang saat proses pengabuan sampel pada
tanur.
G. Vacuum Filtration
Filtrasi
adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkannya pada
medium penyaringan, atau septum, yang di atasnya padatan akan terendapkan.
Range filtrasi pada industri mulai dari penyaringan sederhana hingga pemisahan
yang kompleks. Fluida yang difiltrasi dapat berupa cairan atau gas; aliran yang
lolos dari saringan mungkin saja cairan, padatan, atau keduanya. Suatu saat
justru limbah padatnyalah yang harus dipisahkan dari limbah cair sebelum
dibuang
Proses
pengoperasiannya sebagai berikut :
Pada
permulaan filtrasi pada penyaring kue beberapa partikel padat memasuki medium
pori dan ditahan, tetapi dengan segera mulai berkumpul di permukaan septum.
Setelah
periode awal ini padatan mulai terfiltrasi; padatan tersebut mulai menebal di
permukaan dan harus dibersihkan secara periodik.Kecuali dilengkapi kantong
penyaring untuk pembersih gas, penyaring umumnya hanya digunakan untuk
pemisahan padat-cair.
Penyaring
dapat dioperasikan dengan tekanan di atas atmosfer pada aliran atas medium
penyaring atau tekanan vakum pada aliran bawah.
V. KESIMPULAN
1.
Mengetahui karakteristik limbah sangat penting dalam
pengelolahan limbah.
2.
Beberapa alat yang digunakan dalam pengelolahan limbah
yaitu Spectrometer,
pH meter, DO meter, EC meter, Turbidity meter,Termometer, Oven, Desiccator,
Alat infiltrasi, Tanur, dll.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,2014,http://artikel-teknologi.com ,diakses pada tanggal 24 september 2014
Anonim,2014,http://itsmerista.blogspot.com/2011/04/spektrometer-bagian-1.html,
diakses pada tanggal 24 september 2014
Anonim,
2014,http://www.updatekeren.com/2012/11/pengertian-limbah.html, diakses pada
tanggal 23 September 2014
Anonim, 2014,http://www.slideshare.net/septyazee/makalah-pengolahan-air-limbah,
diakses pada tanggal 23 September 2014
No comments:
Post a Comment