Laporan MENINGKATKAN KUALITAS BIOGAS DARI LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN GULA - Mrchandblog

Blog untuk berbagi ilmu

Hot

Post Top Ad

Monday, July 17, 2017

Laporan MENINGKATKAN KUALITAS BIOGAS DARI LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN GULA




MENINGKATKAN KUALITAS BIOGAS DARI LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN GULA
( Proposal Penelitian )


Oleh
CHANDRA AFRIAN
1214071022





FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

 

 

 

LEMBAR PENGESAHAN


Judul Penelitian                                    : MENINGKATKAN KUALITAS BIOGAS DARI LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN GULA


Identitas Pengusul      :
Ø   Nama                            : Chandra Afrian
Ø   NPM                             : 1214071022
Ø   Jurusan                          : Teknik Pertanian
Ø   Fakultas                        : Pertanian




Mengetahui,
Dosen Pembimbing                                                             Pengusul



Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P.                                               Chandra AFrian
NIP 19650527 1993 1 002                                                  NPM 1214071022

DAFTAR ISI
Halaman




 

 

I.PENDAHULUAN


1.1       Latar Belakang



Peningkatan populasi manusia seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan energi. Bila energi yang dibutuhkan lebih sedikit dari pada populasi manusia maka akan terjadi kelangkaan energi di masa depan. Peningkatan permintaan energi, menipisnya sumber cadangan minyak dunia, permasalahan emisi, serta peningkatan harga minyak dunia hingga mencapai 100 $ per barel, menjadi masalah yang serius yang menimpa banyak negara di dunia (Sarjono dan Ridho, 2013). Banyaknya penggunaan energi yang berbahan dasar dari fosil, menyebabakan terjadinya kelangkaan energi karena sumber energi yaitu fosil tidak dapat diperbaharui. Krisis (kelangkaan) energi yang kini sedang terjadi, menimbulkan dampak (akibat) yang demikian serius pada kehidupan rakyat. Dampat tersebut antara lain semakin mahalnya harga BBM, minyak tanah, solar dan gas (ade,2014). Hal ini yang menyebabkan tekanan kepada seluruh masyarakat di dunia untuk mencari sumber energi baru atau  alternatif  (sumber energi yang dapat diperbaharui). Biogas merupakan salah satu sumber energi alternatif  yang dapat dikembangkan sebagai pengganti energi yang berbahan bakar fosil. Bahan baku yang umum digunakan dalam pembuatan biogas adalah bahan yang mudah terurai (biodegradable) seperti limbah-limbah pertanian dan bahan-bahan organik lainnya.


Menurut Suriawiria, 2002, sisa atau buangan senyawa organik secara alami akan berurai, baik akibat pengaruh lingkungan fisik (seperti panas matahari), lingkungan kimia (seperti dengan adanya senyawa lain) atau yang paling umum dengan adanya jasad renik yang disebut mikroba, baik bakteri ataupun jamur.Akibat penguraian bahan organik yang dilakukan jasad renik tersebut, maka akan terbentuk zat atau senyawa lain yang lebih sederhana (kecil), serta salah satu di antaranya terbentuk CH4 atau gas metan. Gas metan yang bergabung dengan CO2 atau gas karbondioksida yang kemudian disebut biogas.Biogas dihasilkan melalui proses fermentasi limbah organik seperti sampah, sisa-sisa makanan, kotoran hewan dan limbah industri makanan.
TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) adalah salah satu produk samping pabrik kelapa sawit yang jumlahnya sangat melimpah. Dalam satu hari pengolahan bisa dihasilkan ratusan ton TKKS. Diperkirakan saat ini limbah TKKS di Indonesia mencapai 20 juta ton. TKKS tersebut memiliki potensi untuk diolah menjadi berbagai macam produk. Beberapa potensi pemanfaatan TKKS antara lain untuk kompos, pulp,biogas, bioetanol, dan serat .Namun, sebelumnya TKKS perlu diolah terlebih dahulu (Isroi,2008). 


1.2       Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas biogas yang dihasilkan dari tandan kosong kelapa sawit dengan gula.

1.3       Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai Informasi untuk meningkatkan kualitas biogas dari tandan kosong kelapa sawit dengan gula.

 


 

1.4       Hipotesis


Pemberian gula diduga dapat meningkatkan kualitas biogas dari tandan kosong kelapa sawit.



 

 

II.        TINJAUAN PUSTAKA



2.1       Kelapa Sawit


Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 m. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Isi buahnya padat. Isi dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Hampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Kelapa sawit berkembang biak dengan biji, tumbuh di daerah tropika, pada ketinggian 0 - 500 m di atas permukaan laut. Kelapa sawit menyukai tanah yang subur, di tempat terbuka dengan kelembaban tinggi. Kelembapan tinggi itu antara lain ditentukan oleh adanya curah hujan yang tinggi, sekitar 2000-2500 mm setahun (Suhaimi,2011).

2.2       Tandan Kosong Kelapa Sawit


Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) adalah salah satu produk sampingan (by-product) berupa padatan dari industri pengelolahan kelapa sawit. Ketersediaan tandan kosong kelapa sawit cukup signifikan bila ditinjau berdasarkan rerata nisbah produksi tandan kosong kelapa sawit terhadap total jumlah tandan buah segar (TBS) yang diproses. Rerata produksi tandan kosong kelapa sawit adalah berkisar 22% hingga 24% dari total berat tandan buah segar yang diproses di pabrik pengelolahan kelapa sawit. Secara fisik tandan kosong kelapa sawit terdiri dari berbagai macam serat dengan komposisi antara lain sellulosa 41,3-46,5% , hemiselulosa 25,3-33,8% dan lignin 27,6-32,5 % (Sudiyani dkk,2010). Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sejauh ini antara lain dimanfaatkan sebagai bahan pupuk kompos, bahan pembuatan bioetanol dan bahan penyerapan air pada daerah dengan tekstur berpasir dan curah hujan yang rendah. Jika dilihat dari komposisi kandungan limbah tandan kosong kelapa sawit maka limbah tandan kosong kelapa sawit juga berpotensi sebagai bahan baku pembuatan biogas (Arif,2012).

2.3 Biogas


Biogas merupakan gas campuran metana (CH4), karbondioksida (CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian bahan organik (seperti kotoran hewan, kotoran manusia, dan tumbuhan) oleh bakteri metanogen. Untuk menghasilkan biogas, bahan organik yang dibutuhkan, ditampung dalam biodigester. Proses penguraian bahan organik terjadi secara anaerob (tanpa oksigen). Biogas terbentuk pada hari ke 4-5 sesudah biodigester terisi penuh dan mencapai puncak pada hari ke 20-25. Biogas yang dihasilkan sebagian besar terdiri dari 50-70% metana (CH4), 30-40% karbondioksida (CO2) dan gas lainnya dalam jumlah kecil (Fitria, B., 2009).


Biogas dihasilkan apabila bahan-bahan organik terurai menjadi senyawa-senyawa pembentuknya dalam keadaan tanpa oksigen (anaerob). Fermentasi anaerobik ini biasa terjadi secara alami di tanah yang basah, seperti dasar danau dan di dalam tanah pada kedalaman tertentu. Proses fermentasi adalah penguraian bahan-bahan organik dengan bantuan mikroorganisme. Fermentasi anaerob dapat menghasilkan gas yang mengandung sedikitnya 50% metana. Gas inilah yang biasa disebut dengan biogas. Biogas dapat dihasilkan dari fermentasi sampah organik seperti sampah pasar, daun daunan, dan kotoran hewan yang berasal dari sapi, babi, kambing, kuda, atau yang lainnya, bahkan kotoran manusia sekalipun. Gas yang dihasilkan memiliki komposisi yang berbeda tergantung dari jenis hewan yang menghasilkannya (Firdaus, 2009).

Biogas dapat dijadikan sebagai bahan bakar karena mengandung gas metana (CH4) dalam prosentase yang cukup tinggi. Komponen biogas selengkapnya adalah sebagai berikut:
Jenis Gas
Jumlah (%)


Metana (CH4)
50-70
Nitrogen (N2)
0 - 0,3
Karbondioksida (CO2)
25
- 45
Hidrogen (H2)
1
- 5
Oksigen (O2)
0,1 – 0,5
Hidrogen Sulfida (H2S)
0
- 3



Sumber : Juangga, 2007
Tabel II.1Komponen Penyusun Biogas


2.4.      Faktor Laju Proses Fermentasi

           
Laju proses fermentasi anaerob sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi mikroorganisme, faktor-faktor tersebut diantaranya adalah (Amaru, 2004) :

2.4.1. Temperatur

Bakteri metana pada umumnya adalah bakteri golongan mesofil yaitu bakteri yang hidupnya dapat subur hanya pada temperatur disekitar temperatur kamar. Oleh karena itu, pembentukan biogas harus disesuaikan dengan temperatur kehidupan bakteri metana. Temperatur pembentukan biogas antara 20-40oC. Dengan temperatur optimum yaitu 27oC- 30oC.

2.4.2. Derajat Keasaman (pH)

Pada dekomposisi anaerob faktor pH sangat berperan, karena pada rentang pH yang tidak sesuai, mikroba tidak dapat tumbuh dengan maksimal dan bahkan dapat menyebabkan kematian yang menghambat perolehan gas metana. Nilai pH yang dibutuhkan untuk digester adalah antara 6,2 – 8.

2.4.3. Kandungan Air

Bentuk bubur hanya dapat diperoleh apabila bahan yang dihancurkan mempunyai kandungan air yang tinggi. Apabila sampah tersebut memiliki kandungan air yang sedikit maka bisa ditambahkan air supaya pembentukan biogas bisa optimal.

2.4.4. Bahan Baku Isian

Bakteri anaerob membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi. Level nutrisi harus lebih dari konsentrasi optimal yang dibutuhkan oleh bakteri metanogenik, karena apabila terjadi kekurangan nutrisi akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan bakteri. Penambahan nutrisi dengan bahan yang sederhana seperti glukosa, buangan industri, dan sisa tanaman diberikan dengan tujuan untuk menambah pertumbuhan di dalam digester. Unsur nitrogen adalah unsur yang paling penting, disamping adanya selulosa sebagai sumber karbon. Bakteri penghasil metana menggunakan karbon 30 kali lebih cepat daripada nitrogen. Pada bahan yang memiliki jumlah karbon 15 kali dari jumlah nitrogen akan memiliki C/N ratio 15 berbanding 1, C/N ratio dengan nilai 30 (C/N = 30/1 atau karbon 30 kali dari jumlah nitrogen) akan menciptakan proses pencernaan pada tingkat yang optimal, bila kondisi yang lain juga mendukung.

2.5 Gula


Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghasilkan biogas secara optimal baik dari segi kualitas maupun kuantitas dapat dilakukan dengan menambahkan gula (Glukosa) pada campuran air dan kotoran sapi sebagai utama dalam produksi biogas Secara kimiawi gula sama dengan karbohidrat. Pada umumnya gula mengandung unsur-unsur seperti, karbon (48,2 %), hidrogen (6 %), dan oksigen (43,1 %), nitrogen dan phosfor dalam jumlah yang kecil. Satu-satunya gula yang dihasilkan oleh hewan adalah laktosa (C12H 22O11) (Triwikantoro,2010).  Seluruh gula yang dicerna oleh hewan akan diubah di dalam hati menjadi glukosa, oleh karena itu gula di dalam darah hewan (dengan kata lain di dalam daging) adalah glukosa. Penggunaan gula oleh bakteri dalam proses anaerob disebut fermentasi. Prinsip fermentasi adalah proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikroorganisme. Nitrogen (N2) akan bersatu dengan mikroba selama proses fermentasi, untuk hidup semua organisme membutuhkan sumber energi yang diperoleh dari metabolisme bahan pangan, diantara bahan baku energi yang paling banyak digunakan oleh mikroorganisme adalah glukosa. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan tambahan material yang mengandung komponen karbon dan nitrogen untuk menambah kandungan unsur hara agar proses fermentasi berlangsung dengan sempurna. Berdasarkan kenyataan, bahan-bahan yang mengandung gula merupakan unsur hara yang sangat diperlukan oleh mikroba untuk meningkatkan kecepatan proses fermentasi. Dengan adanya penambahan gula dan karbohidrat dalam proses fermentasi tentunya dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri (Yesung.dkk,2011)

2.6       Analisis Kualitas Biogas


Untuk menganalisis kualitas biogas yang dihasilkan, persamaan-persamaan yang digunakan adalah persamaan yang biasa digunakan dalam menyelesaikan persamaan kalor. Perubahan jumlah kalor pada suatu benda ditandai dengan kenaikan dan penurunan suhu atau perubahan wujud benda tersebut. Jika benda menerima kalor suhunya akan naik demikian juga sebaliknya. Banyak kalor yang akan diterima atau dilepaskan suatu benda sebanding dengan besar kenaikan dan penurunan suhunya.
Secara matematis hubungan antara jumlah kalor dan kenaikan suhu dapat dituliskan sebagai berikut (Purwanto, 2004. Dikutip dari Zulfikar 2009):    
Q = m.c. ∆T ....................................    (1)
Dimana: Q = Kalor (J)
  m = Massa Benda (kg)
  ∆T = Perubahan Suhu (oC)
  c = Kalor Jenis (J/kg oC)

Kalor jenis adalah kalor yang diperlukan oleh 1 kg zat untuk menaikkan suhunya sebesar satu satuan suhu, dan kalor jenis air diambil 4.200 J/kg oC. Kemudian Q merupakan hasil kali dari daya dan waktu, maka:

Q = P.t .......................................         (2)
Dimana : P = Daya (watt)
T = Waktu ( sekon)

Banyaknya kalor yang dilepaskan sama dengan kalor yang diserap. Pernyataan ini pertama kali dikemukakan oleh Black. Oleh karena itu, pernyataan tersebut sering disebut sebagai azas Black, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Qterima  = Q lepas ................................          (3)
m.c. ∆T = P.t  ...............................       (4)
P = m.c. ∆T / t  (watt) ......................    (5)

Pengukuran Volume Biogas
Dalam penelitian ini volume biogas di ukur dengan menggunakan pipa dengan diameter 3 inci (7,62 cm) dan tinggi 194 cm.Pengukuran volume biogas dilakukan dengan cara memasukkan biogas ke dalam pipa dan selanjutnya volume biogas yang mengisi pipa tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus volume silinder.

V = π r² h ........................................ (6)
Dimana : V = Volume biogas, (cm³)
    π = 3,14
     r = Jari – jari pipa dalam, (cm)
    h=Tinggi pipa dalam di atas permukaan air, (cm)


 

 

 

III.       METODOLOGI PERCOBAAN




3.1       Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan  November 2014 - Febuari 2015 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


3.2       Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah tandan kosong kelapa sawit, kotoran sapi, air, gula pasir.
Dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah  drum plastik dengan kapasitas 30 liter yang digunakan sebagai digester, penampung gas dari plastik, pompa air, kran air, bak penampung bakteri, timbangan, selang gas, ember, sekop untuk mengaduk, pengukur volume biogas, kompor gas, panci untuk memasak air,termometer,stopwatch dan alat tulis.
                                                                             

3.3       Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap persiapan,tahap penelitian, tahap pengujian atau tahap analisis. Pada tahap persiapan dilakukan persiapan alat dan bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini. Pada tahap penelitian dilakukan penambahan gula pada bahan campuran dengan komposisi-komposisi sebagai berikut: 13 kg kotoran sapi dan tandan kosong kelapa sawit, 13 liter air (Komposisi A), 13 kg kotoran sapi dan tandan kosong kelapa sawit, 13 liter air dan 0,25 kg gula (Komposisi B), 13 kg kotoran sapi dan tandan kosong kelapa sawit, 13 liter air dan 0,50 kg gula (Komposisi C). Tiap komposisi diaduk secara manual, kemudian dimasukkan ke dalam digester dengan masa kerja selama 4 bulan dan dengan pengamatan setiap minggu terhadap volume biogas yang dihasilkan. Tahap selanjutnya adalah tahap pengujian yaitu dilakukan pengujian untuk mengetahui kualitas biogas yang dihasilkan yang dilakukan dengan cara memanfaatkan biogas sebagai bahan bakar untuk memanaskan air sebanyak 1 liter dengan menggunakan kompor biogas dan  alat lainnya. Pada pengujian ini dilakukan perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan air sampai temperatur 100oC. Tahap terakhir yaitu tahap analisa data. Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif. Analisa ini akan menggambarkan kecendrungan yang terjadi pada perlakuan yang diberikan yaitu konsentrasi gula yang ditambahkan.










Secara garis besar prosedur penelitian dapat dilihat pada diagram alir berikut :
Persiapan bahan dan peralatan
Pencampuran kotoran sapi dan tandan kosong kelapa sawit
Pencampuran dengan gula
Memasukan Bahan yang telah tercampur ke dalam digester
Pengukuran volume biogas
Pengujian Daya tiap komposisi
Selesai
Mulai

 

3.4 Analisis Data


Dalam penelitian ini akan diambil data yang akan dianalisa yaitu volume biogas dan kualitas biogas (Daya yang dihasilkan) dari tiap komposisi.




 

DAFTAR PUSTAKA


Aderachmawati. 2012. http://www.ejournal.gunadarma.ac.id. Akses : 21 Oktober 2014.
Amaru, Kharistia. 2004. Rancang Bangun dan Uji    Kinerja    Biodigester  Plastik Polyethilene Skala Kecil.Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian.Universitas Padjajaran.
Arif,F.S. 2012. Tinjaun Fungsi Fisik Aplikasi Tandan Kosong Kelapa Sawit. http://www.dedidoank.files.wordpress.com. Akses: 21 0ktober 2014.
Firdaus,I.U. 2009. Energi Alternatif Biogas. http://www.migasindonesia.com. Akses 22 Oktober 2014.
Fitria,B. 2009. Biogas. http://www.biobakteri.wordpress.com . Akses:21 Oktober 2014.
Isroi. 2008. Limbah Kelapa Sawit. http://www.isroi.com. Akses : 25 Oktober 2014.
Juangga. 2007. Proses Anaerobic Digetion. Usu Press.Medan.
Sarjono dan Ridho,M. 2013. Studi Experimental Penggunaan Kotoran Sapi Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Majalah Ilmiah STTR. Cepu.
Sudiyani,Y.K, c. Sombiring,H, Hendarsyah dan Alawiyah,S. 2010. Pengelolahan Awal Dengan Basah NaOh dan Sakarifikasi Enzimatis Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Untuk Produksi Etanol.Menara Perkebunan.
Suhaimi,Mohammad. 2011. Kelapa Sawit. http://www.pembangunanladangblogspot.com. Akses : 25 Oktober 2014.
Suriawiria,Unus, H., 2002, Menuai Biogas Dari Limbah. http://www.pikiran-rakyat.com. Akses  : 24 Oktober 2014
Triwikantoro. 2010. Peranan Tetes Tebu Dalam Pembuatan Biogas. Fakultas MIPA. Institut Teknologi Surabaya. Surabaya.
Yesung,A.P. 2011. Meningkatkan Kualitas Biogas Dengan Penambahan Gula. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Mataram. Mataram.
Zulfikar,Wahyudi. 2009. Analisa Perbandingan Komposisi Air dan Kotoran Kerbau (Faeces) pada Bahan Isian Biotank Proses (BTP) Terhadap Kuantitas dan Kualitas Biogas yang Dihasilkan Jurusan Teknik Mesin  Universitas Mataram. Mataram



















No comments:

Post a Comment

Post Top Ad